Kelompok I
1. Arnika (12420005)
2. Indah Al Humairoh (12420023)
3. Indri Safitri (12420024)
Guru pembimbing : Nurhuda, M.A
Institut Agama Islam Negeri Raden Fattah Palembang
Fakultas Adab Dan Humaniora
Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam – A
Tahun Ajaran 2013
LATAR BELAKANG
Sejarah merupakan suatu ilmu yang menyangkut peristiwa masa laul atu sal usul. Dari sejarah kita dapat mengetahui kehidupan manusia pada zaman dahulu, atua dengan cara bagaimana kita dapat menjelaskan kehidupan manusia pada zaman dahulu? Lalu, bagaimana kita menulis kembali jejak – jejak masa lau manusia? Pertanyaan tersebut sebagian dari contoh yang diungkapkan dalam ilmu sejarah.
Makalah ini kami sajika untuk mengetahui apa itu sejarah. Pengertia sejarah itu banyak sehingga kami rangkum menjadi satu. Terlebih utama lagi dalam makaah ini menyangkut pengertian – pengertian sejarah yakni berasal dari berbagai bahasa, fakta – fakta sejarah serta tokoh – tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu sejarah.Makalah ini bertujuan sebagai penujang dalam pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah.
PEMBAHASAN
Kata Inggris history (sejarah) berasal dari kata benda Yunani istoria yang berarti ilmu. Dalam penggunaannya oleh filsuf Yunani Aristoteles, istoria berarti suatu penelaahan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, entah susunan kronologis merupakan faktor atau tidak didalam penelaahan; penggunaan itu meskipun jarang, masih tetap hidup didalam bahasa Inggris yang disebut natural history, (louis gottschalk, 1975;27).
Dalam perkembangan selanjutnya, kata latin yang sama artinya dengan scientia lebih sering dipergunakan untuk menyebutkan penelaahan sistematis non-kronologis mengenai gejala alam sedangkan kata istoria biasanya diperuntukkan bagi penelaahan mengenai gejala-gejala terutama hal ihwal manusia dalam urutan kronologis.
Menurut pengertian yang paling umum, kata history berarti “masa lampau umat manusia”. Dibandingkan dengan kata jerman untuk sejarah, yakni geschichte, yang berasal dari kata geschehen yang berarti terjadi. Geschichte adalah sesuatu yang terjadi. Peristiwa dan kejadian itu benar-benar terjadi pada masa lampau, (jan romein 1951). Didalam kamus umum bahasa indonesia oleh W.J.S. Poerwadarminta, disebutkan bahwa sejarah mengandung tiga pengertian yaitu:
1. Kesusasteraan lama: silsilah, asal usul.
2. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau,
3. Ilmu pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, (W.J.S. Poerwadarminta, 1982:646).
Apabila kita ambil peristiwa masa lampau, itu belum berarti sejarah. Sejarah akan mengandung arti dan punya nilai ilmiah dan apabila peristiwa masa lampau atau faktanya diberi cerita dan ceritanya harus disusun dengan menggunakan persyaratan ilmiah. Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sejarah ialah cerita perubahan-perubahan, peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang telah diberi tafsir atau alasan dan dikaitkan sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap.[1]
Silsilah, yakni: daftar asal usul, ranji keturunan, yang kalau kita gambarkan secara skematis memang rupanya seperti pohon dengan cabang dan ranting-rantingnya.
Riwayat, yang juga berasal dari bahasa arab yang artinya lebih kurang sama dengan babad yang berasal dari bahasa jawa yang berarti riwayat kerajaan, riwayat bangsa, buku tahunan, kronik.
Yang dimaksud dengan buku tahunan ialah anal, atau riwayat kerajaan, riwayat peristiwa dalam setiap tahun. Kronik, ialah cerita (fakta), peristiwa-peristiwa sejarah yang disusun menurut urutan waktu, tanpa menjelaskan hubungan antara peristiwa-peristiwa tersebut.
Tarikh juga berasal dari bahasa arab yang berarti buku tahunan, kronik, perhitungan tahun, buku riwayat, tanggal atau pencatatan tanggal.[2]
Setelah kebudayaan barat masuk ke indonesia yang membawa istilah-istilah ekuivalen dengan sejarah, yaitu: history (Inggris), geschichte (Jerman), geschiedenis (Belanda) yang berarti kurang lebih sama dengan sejarah; sebab jumlah definisi yang memberii arti kepada perkataan sejarah banyak sekali seperti:
- History (Inggris): continous methodical record of public events; study of growth of nation, whole train of events connected with nation; person, thing etc.
- Geschichte (Jerman): Vergangenheit; Entwieclung, Werdegang, Erforschung der vergangenheit.
- Geschiedenis (Belanda): Voorva, gebeurtenis; verhaal van het geen gebeurd is; vak van wetenschap.
Pengertian dalam beberapa bahasa itu menunjukkan bahwa yang disebut sejarah itu ada tiga hal:
1. Kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa seluruhnya yang berhubungan dengan negara, manusia, benda dan sebagainya; atau dengan singkat, yaitu seluruh perubahan yang nyata didalam diri manusia sekitar kita.
2. Cerita yang tersusun secara sistematis dari kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa umum.
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perkembangan-perkembangan negara, peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian dimasa lampau. Pelajaran ilmu pengetahuan.
R. Moh. Ali dalam ‘pengantar ilmu sejarah indonesia’ dengan singkat menegaskan, bahwa sejarah mengandung arti yang mengacu pada :
1. sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita,
2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang merupakan realitas tersebut,
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut. (R. Moh. Ali:7-8).
Ilmu sejarah memperoleh kedudukan-kedudukan sebagai ilmu berbagai peristiwa sejarah ini disyarati sebagai suatu permasalahan dengan cara menganalisis hubungan sebab-akibat sedemikian rupa, sehingga dapat ditemukan hukum-hukum sejarah tertentu yang menjadi patokan bagi terjadinya peristiwa-peristiwa dimaksud. Oleh karena itu, hasil penelitian ilmu sejarah pada akhirnya harus dapat dipakai sebagai norma untuk pedoman bagi menilai keadaan sekarang dan memperhitungkan segala sesuatu yang mungkin terjadi pada waktu yang akan datang.[3]
Menurut pendapat ahli sejarawan yang lainya,
Herodotus (484 – 425 )
Herodotus adalah sejarawan pertama berkebangsaan Yunani. Ia juga dijuluki sebagai Bapak Ilmu Sejarah. Bahwa sejarah tidak berkembang ke arah masa depan dengan tujuan yang pasti melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya disebabkan oleh keadaan manusia.
Roeslan Abdulgani
Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
Ibnu Khaldun (1332-1406)
Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.[4]
Banyak istilah memakai kata sejarah, diantaranya : guru sejarah (guru yang mengajarkan mata pelajaran sejarah), pegawai sejarah (termasuk di sini pegawai purbakala, museum, dan monumen), pelaku sejarah dan saksi sejarah (orang yang terlibat langsung dalam pergulatan sejarah), peneliti dan penulis sejarah(kelompok yang mempunyai bakat, kemampuan meneliti dan menulis sejarah).
Sejarah juga memiliki pengertian secara negatif, seperti sejarah bukan mitos, sejarah bukan filsafat, sejarah bukan sastra. Namun sejarah juga memiliki pengertian positif seperti sejarah ilmu tentang manusia, sejarah ilmu tentang waktu, sejarah ilmu yang mempunyai maakna sosial.
Jadi, definisi sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Yakni apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh orang. Sejarah juga memiliki definisi lain, Sejarah adalah ilmu yang mandiri. Mandiri, artinya mempunyai filsafat ilmu sendiri, permasalahan sendiri, dan penjelasan sendiri.[5]
Dalam pembuktian sejarah dapat dilihat dari sumbernya ( heuristic ) yakni didalam sejarah terdapat fakta sejarah yang membuat sejarah menjadi terbukti. Ada dua fakta sejarah yakni fakta sejarah mempunyai beberapa bentuk. Ada fakta yang berupa benda konkret, biasanya disebut artefact. Fosil, patung, candi adalah contoh dari artefact. Fakta yang berdimensi sosial, misalnya jaringan interaksi antar manusia, ini disebut sociofact. Sedangkan fakta yang bersifat abstrak misalnya keyakinan dan kepercayaan disebut mentifact (kartodirdjo,1992). Fakta sejarah tidak selalu berupa kongkret. Hal ini disebabkan oleh perilaku manusia sebagai kajian sejarah (berkhofer,1969) tidak hanya dapat dilihat berdasarkan benda kongkret. Maupun perilaku manusia cukup kompleks.
Fakta dapat bersifat lunak dan bersifat keras (kartodirdjo,1992).Suatu fakta dikatakan lunak, bila keberadaan fakta tersebut masih potensial diperdebatkan, misalnya letak pusat kerajaan Sriwijaya. Tempat yang sesungguhnya menjadi pusat kerajaan sampai kini masih banyak terdapat teori yang berbeda-beda. Sedangkan fakta keras, adalah suatu fakta yang ada telah menjadi semacam konsensus umum. Contoh dari kasus ini adalah keberadaan Soekarno-Hatta sebagai Proklamator. Senang atau tidak dengan kedua tokoh tersebut, tidak dapat membantah bahwa keduanya adalah orang yang sangat berperan dalam detik-detik proklamasi. Dua tokoh yang kemudian tekenal sebagai proklamator, tokoh yang menandatangi Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, atas nama bangsa Indonesia.
Sekali lagi fakta sejarah itu sangat pokok. Termasuk dalam proses belajar mengajar. Tanpa fakta sejarah proses belajar mengajar sejarah akan terjebak pada proses indoktrinasi yang hanya didasarkan pada suatu keyakinan ideology tertentu. Fakta yang mendasari suatu kisah sejarah diarahkan untuk membentuk suatu pola pemikiran yang luas, lato sensu, bukan pemikiran yang sempit strict sensu.
Untuk mengantisipasi fakta sejarah yang jumlahnya sangat banyak, sejarawan biasanya mengelompokkannya pada suatu unit-unit tertentu. Secara umum biasanya juga dibagi dalam beberapa periode waktu tertentu. Apa yang di sejarah terkenal dengan istilah periodenisasi. Namun sebelum membahas tentang periodisasi perlu diketahui terlebih dahulu keberadaan sejarawan/orang yang melakukan pembagian waktu dalam tulisannya.[6]
KESIMPULAN
Kata sejarah berdasarkan asal – usul katanya atau secara etimologis, berasal dari bahasa arab, syajaratun ( pohon ). Pohon diartikan sebagai silsilah atau asal – usul keluarga atau dinasti tertentu. Kalau diperhatikan maka pohon tersebut seperti terbalik.
Kata sejarah dalam bahasa Ingris, History yang berasal dari bahasa Yunani yaitu istoria yang berarti informasi atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil penyelidikan.
Dalam bahasa Belanda geschiedenis adalah sesuatu yang telah terjadi.
kata Jerman untuk sejarah, yakni geschichte, yang berasal dari kata geschehen yang berarti terjadi. Geschichte adalah sesuatu yang terjadi. Peristiwa dan kejadian itu benar-benar terjadi pada masa lampau.
Dalam bahasa Indonesia sejarah mengandung tiga pengertian. Pertama sejarah adalah silsilah atau asal – usul. Kedua, sejarah adalah peristiwa yang benar benar terjadi pada masa lampau. Ketiga, sejarah adalah ilmu pengetahuan dan cerita yang terjadi pada masa lampau.
Jika definisi dari berbagai tokoh tersebut digabungkan maka sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk social yang disusun secara ilmiah dan lengkap. Meliputi urutan fakta masa lalu dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan pemahaman terhadap apa yang telah berlalu.
DAFTAR PUSTAKA
Tamburaka, Rustam E.1999. Pengantar Ilmu Sejara,Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamid, ABD Rahman. 2011. Pengntar Ilmu Sejarah.Jakarta: Ombak.
Hapsari, Ratna. 2008. Eksplorasi Sejarah SMA kelas X. Jakarta: Erlangga.
Haryono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya.
[1]Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejara,teori filsafat sejarah, sejarah filsafat dan iptek,1999, hlm 1-4.
[2] ABD Rahman Hamid, Pengntar Ilmu Sejarah, 2011, hlm 4
[3] Ibid 01
[4] Ratna Hapsari, Eksplorasi Sejarah SMA kelas X,(Jakarta: Erlangga,2008),hlm.5)
[5] Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah ( historical Explanation ),(yogyakarta : Tiara Wacana, 2008), hlm.2
[6]. Haryono, mempelajari sejarah secara efektif, 1995, hal 54-58
Tidak ada komentar:
Posting Komentar